Senin, 17 Juni 2013

hari ke 15


Jam 4:26 (17/06/2013), ini keduakalinya gua mesti kebangun dan buru-buru ke toilet setelah jam 1-an tadi ngalamin hal yang sama. Agak panas perut gua, sial. Ah, mungkin karena sup tom yam yang gua eksperimen ama  sambal terasi tadi ini. Huh…
Tiba-tiba selayag, kembali keabad dimana gua punya janji ama someone untuk nganter dia kesatu-satunya bandara di kota tempat gua tinggal sekarang “BIM (Bandara Inernasional Minangkabau)”. Rabu, 15 Mei 2013 Pukul 4.00 dini hari mestinya gua kudu sampai kesalah satu perumahan di kawasan by pass yang jalannya agak butuh perhatian pemerintah.

Hari itu, sebuah perpisahan termanis yang merenggut satu jiwa gua. “aku gak akan tidur” kata-kata yang gua lalaikan. Gua harusnya enggak tidur, tapi ntu hanya bertahan sampai pukul 3:00 WIB. Gua kebangun karena denger bunyi BBM, dan si dia bilang “cy, aku uda siap”. Oh My God, that’s so make me shock. BBM itu pending sekitar setengah jam lalu. Dan ketika gua liat jam di Onyx2 kesayangan gua, ternyata padang sudah menunjukkan pukul 4:18 WIB. Histeris yang membangunkan satu warga apartemen gua.
Gua langsung telpon dia, “kamu dimana ? aku mau kesana”
 “gak usah, aku juga uda mau sampai”
“pokoknya aku mau kesana !!”  
Bla… Bla…
Dengan Debe yang kekencangannya mencapai 100 km/hr, gua nekat pergi ke BIM ditemenin si ana.
Gua gak yakin bakal ketemu lagi sama dia. Mustahil rasanya. Gua terus pacu gas Debe.tapi ah…. “astaghfirullahal adzim”… karena kalut dan pikiran uda melayang-layang, lubang galian di aspal yang bakal ditambal gua lantak aja. Gua masuk dan….
“na, BB tadi kau letak mana ?”
 “dikantong Debe tu”
“gak ada ha, ah matilah”
Dan BB gua pun hilang tanpa kabar sampai kini.
Sampai di BIM, mata gua rasanya uda bengkak banget. Gua terus aja masuk, berharap masih bisa jumpa dia yang mungkin untuk terakhir kalinya.
“din, itu kayaknya dia lah”
“mana na ? ah, gak lah. Mana mungkin dia segendut itu”.
Ini percakapan yang gua inget banget. Ana nunjukin dia, tapi gua gak ngeliat. Yang gua liat bapak-bapak yang badannya lebih gendut dari dia. Sampai ketika,
“kau tu jahat kali, ngapa gak kau miss call aku tadi”.
Dia dateng dan julurin tangannya, gua cium tangannya  dengan kesal. Yang gua inget, dia cuman senyum. Dan berlalu karena take off sebentar lagi. Dalam hati gua cuman bisa ngadu “God, it’s so make my heart broken. You know, what a big love it is. I can’t to describe what a important he is. More than 2 years, there are so many beautiful experiences with him. When he smile, angry ah God…..”
Pikiran gua kembali melayang, ke masa dimana pertama kali gua ketemu dan natap si dia. 15 februari 2011 sekitaran pukul 20.00 WIB, tepat di depan rumah sepupu gua si Gones.
Pertama kali gua jumpa dia, rasanya gak beda jauh dengan terakhir jumpa kemaren. Sama-sama mesti ngerelain dia untuk pergi jauh dan lama. Sejak awal kisah ini terlahir, hubungan gua emang uda kelihatan gak sehat. Mulai dari kami yang sama-sama gak bisa menjaga hati, kami yang sama-sama keras dan egois, dan sama-sama pantang disalahkan.
Sudah 1 bulan lebih kepergian dia, jauh. Sekarang sama sekali tidak ada rasa yang sama seperti saat-saat sebelum dia pergi. Lost  contact. Berulang kali gua ngarep dia nyapa gua di akun facebook, tapi sama sekali tidak. Semakin gua sadar, ini hubungan apa. Menjijikkan, gua jadi kayak pengemis yang gak punya harga diri. Bodoh, kalo gua ngemis cinta orang yang sama sekali bukan orang yang pantas di perjuangkan cintanya. Dan sudah cukup rasanya gua korbankan kebahagian selama ini, buat dia yang mungkin gak mengerti bagaimana menghargai.
“cinta itu adalah kedamaian. Buat apa mempertahankan sesuatu yang hanya membuat tidak nyaman”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar